Monday, June 2, 2014

Gerindra Tolak Pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir




MatahatiCorp Independent News





Gerindra Tolak Pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir




REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sangat miris dengan kondisi sektor energi negeri ini. Pasalnya, Indonesia semakin lama tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan negara lain.


“Prabowo dan Gerindra sangat prihatin dengan sektor energi. Berdasarkam ilmu yang ada saat ini, dalam satu tahun minyak bumi kita akan habis, dalam waku 25 tahun gas alam akan habis, dan 70 tahun lagi Indonesia akan kehabisan batu bara,” kata Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo saat berorasi dalam diskusi Kedaulatan Energi Syarat Mutlak Ketahanan Bangsa di Jakarta, Senin (2/6).


Menurut Hashim, kedaulatan negara terletak pada kemandirian energi. Dia merasa ngeri melihat APBN yang memberikan alokasi subsidi energi sebanyak Rp 300 triliun lebih. “Ini adalah problem yang dipehatikam Prabowo. Beberapa waktu lalu, hal ini akan dicarikan solusi. Kalau tidak ditangani, Indonesia bisa menjadi pengimpor energi terbesar di dunia.”


Hashim mengatakan, Indonesia harus segera bertindak cepat dengan memanfaatkan sumber-sumber energi lain yang bisa digunakan untuk mengganti minyak bumi, gas alam, maupun batu bara. Misalnya, energi geotermal dan panas matahari selama ini dibiarkan tanpa dikelola dengan baik.


Dia memahami, ada beberapa pihak yang menyarankan agar krisis energi ditangani dengan cara pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hanya saja, ia tidak sependapat dengan usulan itu. “Gerindra tidak setuju pembangunan energi tenaga nuklir, kejadian itu diperkuat di Fukushima, Jepang. Setelah terkena gempa dan tsunami, itu merusak tenaga nuklir di sana,” kata adik kandung Prabowo Subianto itu.


Dia tidak dalam posisi memandang remeh bangsa sendiri. Meski begitu, ia tidak mau mengambil risiko pekerja Indonesia ingin mendirikan PLTN. Pasalnya, titik lemah bangsa Indonesia adalah kemampuan merawat bangunan atau instalasi khusus.


“Orang Jepang yang paling teliti, ulet, dan cermat memperhatikan perawatan. Kalau orang Jepang tidak bisa menjaga, maaf bangsa Indonesia. Salah satu titik lemah bansa Indonesia adalah memelihara. Gedung, bandara, apalagi pusat tenaga nuklir. Kita lihat saja toilet di bandara saja tidak dirawat dengan baik,” katanya.


Penasihat Energi Terbarukan Gerindra Willie Smits menyarankan, Indonesia bisa lepas dari ketergantungan energi kepada negara lain dengan cara memaksimalkan potensi alam. Menurut dia, Indonesia tidak harus membangun PLTN, melainkan cukup memproduksi energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


“Solusinya adalah memanfaatkan energi geotermal dan pohon aren, dan pohon-pohon lain. Pohon aren bisa tumbuh di lereng terjal dan satu hektare bisa menyerap sampai lima tenaga kerja,” kata peneliti kelahiran Belanda itu.



Gerindra Tolak Pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir

MR. Fangwan Pasmah








No comments:

Post a Comment